Aku menunggu-nunggu sebuah turnamen turnamen yang aku impi-impikan sepanjang karirku. Aku bermain sebagai Striker pada sebuah tim Sepak Bola
yang dinamakan “Manshurin Football Club” atau biasa disebut SSFC. Aku
bertanya pada pelatihku, “mengapa dinamakan MFC?”tanyaku, yang
langsung dijawab tegas oleh Pelatihku,” Karena tujuan tim ini adalah
mencapai cita-cita setinggi mungkin, bagai gedung-gedung pencakar langit
yang berdiri tegak ditengah kota”.
Namun, aku belum beruntung bulan
itu, turnamen tidak jadi diadakan bulan Mei itu, turnamen diundurkan
sampai tanggal 13 Juni tahun itu, aku sampai tak sabar lagi menendang
bola ke gawang seperti turnamen sebelumnya. Detik-detik berlalu, detik
berganti menit, menit berganti jam, dan jam berganti hari. Tak
bosan-bosannya aku berlatih, tiap minggu 3 kali, maklum, agar dapat
merebut Piala Dunia yang sudah sering bertengger di meja penghargaan,
menunggu sang pemenang. Tak jarang juga aku menjadi Top Scorer dalam
timku, “Kalau kau terus berpikiran seperti itu, kau pasti akan menjadi
legenda persepakbolaan, Alexandre,” begitulah kata Pak Sutarto, Pelatihku
yang juga mantan pemain striker di sebuah tim di Manshurin FC yang sekarang
sedang naik daun.
Akhirnya, di suatu malam tanggal 30 Mei, saat Luis Suarez
mencetak gol hatrick bagi Tim Liverpool yang kulihat di Televisi, seseorang
yang mengaku utusan dari Federation International de Footbal
Association (FIFA) meneleponku. “Hallo, selamat malam, dengan Pak
Alexandre?” kata orang itu di telepon. “Ya, dengan saya sendiri, ada apa
ya?” kataku menjawab, orang tersebut segera saja ke topik pembicaraan, “
Tim anda diterima FIFA dalam Turnamen Piala Dunia, tolong beritahukan
anggota serta pelatih anda, Pak Alexandre?” akupun serta merta menjawab “
Ya, Terima kasih sekali atas Informasinya!”, aku tertegun sesaat,
ternyata timku ini bisa menjadi calon pemenang Piala Dunia juga! Aku
merasa terharu jadinya. Setelah memberitahu teman-teman dan pelatihku,
aku segera mengepak koper untuk pergi ke Manchester, tempat turnamen
diselenggarakan.Dan Aku tak lupa membawa beberapa dolar Amerika untuk
disana, tentu saja untuk makan dan kebutuhan lainnya. Pelatihku juga
aktif dalam keberangkatan ini, ia meminta tiket pulang pergi pesawat
dari negeriku ke London melalui Internet.Semua orang sudah siap.
Keesokan paginya, tanggal 2 Juni 2014, kami semua, 24 orang ( 22 pemain
dan Pelatih serta wakilnya) menaiki pesawat berjenis Boeing-147 menuju
London. Di dalam pesawat pun kami masih berdiskusi, Formasinya apa?
Siapa kaptennya? Serta pertanyaan lain. Akhirnya, saat tinggal 1 jam
lagi dari London, diskusi selesai dan mencapai mufakat, yaitu, Fadil
yang akan menjadi kaptennya,dan formasinya 4-3-3. Para pemain inti yaitu
Aku dan teman-temanku segera bersiap saat di Stadium Anfield,Manchaster. Sekitar 8000 Penonton menyaksikan pertandingan tersebut,
yang membuatku demam lapangan. Pertandinganpun dimulai.
Pertandingan
berlangsung dengan seru sekali banyak sekali trik-trik menakjubkan
yangditampilkan disana seperti flick up, el elastico, lift ball,
Marseille roulette , serta samba. Pemainpun berjatuhan dibuatnya. Satu
umpan bagus kuberikan pada Fadil, sang kapten, yang langsung menyundul
bola dengan sisi kanan kepalanya. Namun, Keeper tak mau kalah, ia
menepis bola kedalam lapangan pada waktu yang tepat. Namun, tak sampai
disitu saja Shofian pun ikut serta dalam perselisihan itu, ia melakukan
chip volley tinggi diatas keeper yang terjatuh, dengan keras bola
menghantam tali gawang, menciptakan gol pertama. Babak pun berganti.Tim
Musuh pun tak mau kalah, pada menit ke 70-an Charlotte, kapten tim
musuh melakukan gerakan hell kick flick pada Fathur yang langsung
terkecoh, ia melakukan one two bersama temannya, dan ia melakukan
tendangan volley rendah yang langsung menjebol gawang timku. Skor 1-1
pada menit ke 81. Akupun tak mau kalah, pada menit ke 92, hanya tinggal 3
menit lagi, aku melakukan el elastico pada keeper tim musuh yang seger
saja tergocek jatuh, gawang kosong sekali. Kemudian aku melakukan
tendangan pelan kegawang, terjadi gol kedua bagi timku, seraya pluit
berbunyi, “Priiit..Priit..Priit!!” Timku pun menang. Kita semua menangis
terharu akan kemenangan. Pertandingan Ke 2 melawan grup dari
tuan Rumah, Inggris. Setelah Kick off, sang tuan rumah langsung saja
dipermalukan dengan gol tercepat di piala dunia itu, hanya 13 detik!
Yang mencetak gol itu adalah Deka, yang di assist oleh Fadil. 1-0
skor dipertengahan babak pertama, yang berjalan dengan sengit. Menit ke
38 Syauqi menepis bola yang melayang keras keatas gawangnya.
Babak pertama pun selesai. Babak kedua dimulai dengan kick off dari tim ku. Fadil segera berlari sekencang mungkin menuju gawang, setelah mengoper bola padaku. Aku segera melakukan passing tinggi kepadanya, yang langsung menendang tanpa melihat sekencang mungkin. Keeper sudah menepis, namun bola terlalu kencang, membuat bola mengenai tiang atas dan masuk kedalam gawang. 2-0, tim Inggris dipermalukan di kandangnya sendiri. Tak lama kemudian pertandingan berakhir. Semifinal, pertandingan yang sangat mengecewakan melawan Italia. Tidak ada yang menarik di pertandingan semifinal, kecuali pada saat-saat seperti pada menit ke 22, Timku kejebolan 1-0, Menit ke 38, Timku mengaum lagi Aku menjebol gawang musuh, 1-1, menit ke 88, Firman menghadiahkan hukuman penalty bagi timku, yang di tepis saja oleh Syauqi, dan pada menit ke 100an, Skor Penalti 5-4 bagi Timku. Akhirnya, Final.Final tanggal 22 Juli itu pertandingan yang sangat ditunggu-tunggu MFC, Final adalah pertandingan penentuan, dimana MFC akan melawan tim dari Brasil, tim yang legendaris. Menit pertama sampai menit kesepuluh berlalu dengan sengit, sampai pada menit ke 13 Shofian terlalu bersemangat sehingga bisa sampai dikatakan maruk, tapi itu tak seberapa dari gol yang diberikannya melalui tendangan keras hingga menyobek tali gawang di stadium Anfield. Anfield pun menggebu-gebu dengan gol itu. Brasil tak mau kalah, dibabak kedua, ia membuat tiang gawang penyok, lewat gol menakjubkan strikernya, Anfile segera tak sesunyi tadi. Skor 1-1 di pertengahan babak kedua. Tinggal satu gol lagi untuk kemenangan, pikirku bersemangat. Segera saja kuperlihatkan seluruh kemampuanku, namun gocekkanku tak bisa menembus dinding pertahanan Brasil yang sangat ketat, maklum, tim tersebut menggunakan formasi 5-3-2, ciri-ciri Brasil.Namun, aku harus bersedih saat Brasil mencetak Gol keduanya di menit ke 93, mengakhiri pertandingan tersebut. Namun, saat pertandingan selesai, aku masih bersedih, walau aku menjadi Man of The Match, tapi aku tak bisa mengalahkan Brasil yang tangguh itu. Para pemain lain juga bersedih, segera saja Pak Suarto, Pelatih MFC menghibur kami semua, “ Apa arti kemenangan bagi kalian?” tanyanya. Serentak kami menjawab, “ Mencapai keinginanan diri atas sesuatu yang kita inginkan” memang itu yang selalu pelatih kami ucapkan saat kita kalah. “Nah, apa mencapai Final sudah menjadi keinginan dan kebanggaan kalian?” tanyanya lagi kami berpikir sebentar, lau kami menjawab,” Ya!” jawab kami gembira saat mengetahui jalan pembicaraan tersebut.
“ Mulai sekarang kami tak akan bersedih lagi jika sudah mencapai tujuannya, Pak Sutarto,” sambung kami. Dan pada tanggal 28 desember 2014 kami pulang kembail kenegara kami semua. Sungguh suatu Turnamen yang melelahkan dan menggembirakan. Aku memegang Sepatu Emas yang kuterima saat menjadi Man of The Match turnamen itu. Kemudian di Koran Negara kami yang ternama tertulis “Manshurin Footbal Club Bermain Sangat Indah dalam Piala Dunia…” Ya, kami puas dengan kemenangan yang kami raih itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar